Written by : Aprial Chang
Aku dan diriku adalah dua sisi mata uang . . .
Kadang sisi baikku berada diatas . . .
Namun tak jarang pula sisi burukku berada diatas . . .
Keduanya silih berganti seiring bergantinya sudut pandangku dalam menatap hidup . . .
Aku dan diriku adalah simbol Yin Yang . . .
Hitamku pekat dan itu tak terbantahkan . . .
Namun putihku bersih dan itu masih dapat kudustakan . . .
Keduanya menyeimbangkan buah pikirku akan rasa takut dan rasa bersalah . . .
Aku dan diriku adalah dua pribadi yang berebeda . . .
Pribadi pertama ialah jiwa pemimpi yang mendambakan kebebasan akan hasrat hidup . . .
Pribadi kedua ialah jiwa pemeberontak yang mendambakan kebebasan akan kerasnya hidup . . .
Keduanya mengambil gilirannya masing - masing dalam mengisi ruang di hatiku . . .
Untuk kemdian mereka isi dengan doa dan cita . . .
Atau juga mereka isi dengan sumpah serapah . . .
Aku tahu yang mana diriku sebenarnya . . .
Aku tak tahu yang mana yang harus kuturuti . . .
Aku tak tahu yang mana yang akan memberiku kepuasan total dalam hidup . . .
Dan aku tak tahu siapa diriku bila aku adalah dua orang yang berbeda . . .
Aku tak tahu . . .
Yang kutahu hanyalah aku mengikuti kata hatiku dalam melangkah diatas setiap lembar hidupku . . .
Namun, ada kalanya aku adalah diriku . . .
Diriku adalah jiwaku yang utuh . . .
Aku tanpa jiwaku yang terbelah . . .
Itulah disaat aku berlari melawan arus hidup yang kencang . . .
Memacu jantungku semakin cepat . . .
Membiarkan keringat membasahi ragaku . . .
Merasakan hidup berlari bagaikan terbang . . .
Bebas . . .
Lepas . . .
Membuang semua ego dan racun hati ku . . .
Untuk dapat meraih kemantapan hatiku dalam mencari jati diri . . .